Pekerjaan kita adalah presentasi kemampuan kita. ~ Edward Gibbon
seorang pemuda sedang duduk di tepi sungai. Rupa-rupanya, ia sedang memancing. Meskipun matahari bersina terik, ia tetap asyik meletakkan umpan di ujung kail. Selepas itu, ia melempar kail pancingnya ke sungai. Sembari menanti dengan sabar umpannya disambar ikan, ia menghisap rokok kreteknya.
Seorang lelaki perlente yang berada di dalam mobil BMW keluaran terbaru lewat di dekat situ. Ia melihat aktivitas si pemuda dan meminta sopirnya untuk berhenti. Kemudian, si lelaki perlente turun dari mobilnya dan menghampiri si pemuda.
"Mas, sedang apa?" tanyanya sambil tersenyum.
"Mancing mas," jawab si pemuda tersenyum pula.
"Mas nggak melakukan hal yang lebih bermanfaat selain mancing?"
"Contohnya?"
"Mengerjakan sesuatu mungkin?"
"Hmmm... latas buat apa?"
"Supaya mas bisa bekerja keras dan meniti karir."
"Buat apa?"
"Supaya mas bisa mencapai puncak kesuksesan dan menjadi bos."
"Buat apa?"
"Ya, supaya suatu saat mas bisa punya waktu senggang, melakukan hobi, tapi mandiri."
"Terus habis itu?"
"Mas bisa melakukan apa yang dimaui. Memancing seharian di tepi sungai seperti ini, misalnya."
"Lho, kalau cauma seperti itu, sekan=rang saya kan lagi memancing?!"
Kita seringkali menyamakan visi dan misi kita pribadi dengan orang lain. Padahal, tiap-tiap manusia punya visi dan misinya sendiri-sendiri dalam mengisi kehidupannya. Contohnya, seperti kisah di atas. Barangkali visi dan misi lelaki perlente terhadap kehidupannya adalah mengejar kesuksesan supaya bisa hidup tenang dan memiliki waktu uang. Berbeda dengan visi dan misi si pemuda yang memandangbahwa hidupnya sekarangsudah cukup untuk dirina sendiri.
Oleh karena itu, kita harus memiliki visi dan misi sendiri dalam mengisi kehidupan yang kita jalankan.
